|
diambil dari IG
|
Pernikahan Adat Betawi
Beberapa Va
riasi
Dalam Upacara Pernikahan
Variasi
tersebut Khususnya pada peristilahan, dan kelengkapan upacara yang sifatnya lahiriah,
sedangkan nilai-nilai hakiki yang terkandung dibalik upacara tersebut pada
dasarnya sama. Keanekaragaman alat atau bahan yang digunakan dan penampilan
tata cara dalam perkawinan tersebut berkaitan erat dengan kondisi sosial maupun
aspek mata pencaharian penduduk setempat.
Miasalnya dibeberapa tempat seperti Condet, Kebon Jeruk, dan
sekitarnya terdapat kue-kue yang khas dan selalu diikut sertakan dalam kegiatan
upacar perkawinan. Kue-kue seperti dodol, uli dan geplak memiliki nilai
tertentu sehingga suatu pesta apalagi pesta perkawinan tanpa kue-kue tersebut
dirasa tidak afdol atau tidak lengkap. Begitu pula halnya dalam tata cara
hubungan atau perkenalan antara pemuda dengan seorang gadis yang disebut
“Ngelancong”.
Bagi remaja masa lampau proses perkenalan dan pergaulan
dibatasi secara ketat oleh adat yang telah mentradisi, ada batas tertentu yang
tidak boleh dilanggar.
Ngelancong biasa dilakukan pada malam hari karena bila
dilakukan pada siang hari yang bersangkutan akan merasa malu atau dikarenakn
pada siang hari umumnya mereka harus mencari nafkaf.
Pada permulaan Ngelancong bisanya si pemuda akan ditemani
oleh temannya, tetapi pada acara Ngelancong selanjutnya ia akan melakukan
seorang diri. Acara Ngelancong dimulai dengan si pemuda mengunjungi rumah si
gadis dan sesampainya di rumah ia mengucapkan “Assalamu’alaikum” yang dijawab
dengan “Alaikum salam” oleh si tuan rumah. Kemudian si pemuda dipersilahkan
duduk diruang depan serta ditanya maksud kedatangannya.
Pada rumah Betawi masa lalu umumnya diruangan depan atau
ruang tamu terdapat Bale-bale atau Dipan yang terletak di dekat sebuah jendela.
Jendela tersebut terbuat dari bilah-bilah kayu yang dapat digeser membuka dan
menutup, yang disebut Jendela Bujang atau Jendela Cina. Setelah orang tua si gadis
mengetahui maksud kedatangan pemuda tersebut, dan setelah berbasa-basi orang
tua si gadis masuk ke ruang dalam.
Acara Ngelancongpun dimulai sesuai dengan rencana yaitu
pemuda dan si gadis salin bicara, tetapi pembicaraan tersebut tidak berlangsung
berduaan di ruang tamu melainkan melalui celah-celah Jendela Bujang karena si
gadis tidak boleh keluar melainkan tetap di ruangan dalam di balik Jendela.
Sementara si pemuda tetap di ruangan depan dan bila ia ingin melihat wajah si
gadis, ia hanya dapat melihat melalui celah-celah jendela tersebut.
Begitulah acar tersebut berjalan dan apabila malam telah
larut biasanya orang tua si gadis bertanya kepada si pemuda apakah ia akan
pulang atau menginap maka ia diizinkan tidur di ruang depan (di Bale-bale).
Pelaksanaan Ngelancong bisa berjalan berkali-kali sampai
tercapai persesuaian mengenai rencana selanjutnya. Patut dijelaskan bahwa acara
Ngelancong itu bisa berlangsung atas inisiatif si pemuda sendiri dan kemudian
melaporkan kepada orang tuanya, atau si pemuda yang bersangkutan diberi
petunjuk oleh orang tuanya untuk Ngelancong ke rumah seorang gadis yang telah
diketahui sebelumnya.
Didaerah Kebon Jeruk juaga dikenal istilah mulangin kulit
pisang, bawa kiras, Njotan, diderekin, pengantin permpuan dibawa mateng. Mulangin
kulit pisang adalah tata krama setelah acara ngelamar yaitu mengirim
makanan/masakan seperti semur, gulai buncis, serundeng dan lain-lain. Kepada
keluarga calon pengantin perempuan sebagai balasan atas kiriman dan lamarannya.
Bawa Kiras adalah membawa dua ekor ayam dan beras dua kiras
sebanyak kurang lebih enam liter (kiras dibuat dari pelepah pisang yang kering
yang dipakai untuk membungkus beras).
Bawa kiras adalah adat kebiasaan sewaktu pengantin laki-laki
untuk pertama kali menginap dirumah keluarga pengantin perempuan, pada waktu
akan menginap ia membawa dua ekor ayam dan beras enam liter (sebuah kiras
berisi kurang lebih tiga liter)
Pengantin diderekin yaitu pengantin laki-laki dan pengantin
permpuan duduk bersanding.
Njotan yaitu mengirim beberapa tenong makanan/masakan kepada
keluarga pengantin laki-laki setelah pesta dirumah perempuan. Keluarga
laki-laki akan membalasnya dengan mengirim sebuah uang kuang lebih senilai
makanan kiriman tersebut.
Pengantin perempuan dibawa mentah adalah pengantin perempuan
dalam keadaan belum didandani atau dirias
sewaktu dijemput oleh pengantin laki-laki.
Pengantin perempuan dibawa mateng adalah pengantin permpuan
dalam keadaan sudah didandani atau dirias
sewaktu dijemput oleh pengantin laki-laki.
Di daerah Condet untuk mengetahui apakah seorang pengantin
perempuan tetangger atau tidak benar dengan cara melihat air dalam kendi yang
dibawa pada waktuacara serahan. Diantara bawaan serahan terdapat pula sebuah
kendi nyang penuh berisi air dan ditutup dengan sirih. Apabila sesampainya
dirumah pengantin perempuan air dalam kendi itu berkurang, itu bertanda bahwa
pengantin perempuan ini tidak benar (tetangger).
Dibeberapa tempat terdapat pula variasi dalam acara :
Buka Palang Pintu
yaitu selain dialog antara rombongan pengantin laki-laki
dengan pihak pengantin perempuan juga diadakan pertarungan jago silat. Dengan
acara ini pihak pengantin perempuan menurunkan dua jago silat sedangkan pihak
pengantin laki-laki menurunkan seorang jago silatnya. pertarungan antara
pesilat-pesilat itu melambangkan perjuangan menyingkirkan palang pintu setelah
pertarungan selesai (selalu dimenangkan oleh pesilat pihak pengantin laki-laki)
sang pengantinpun dipersilahkan masuk. Falsafah yang terkandung dalam acara ini
adalah bahwa baik pengantin laki-laki maupun anak keluarganya siap melindungi
pengantin permpuan yang kelak menjadi istrinya.
Acara sejenis yang berlaku di daerah Tangerang dan
sekitarnya adalah acara :
Rebutan Dandang
yaitu rebutan alat memasak nasi. Dalam acara ini sebelumnya
disiapkan dandang yang dikawal oleh pihak pengantin permpuan, pihak pengantin
laki-laki harus merebutnya sampai berhasil. Keberhasilan pengantin laki-laki
dalam merebut dandang tersebut adalah sebagai ungkapan bahwa ia siap
bertanggung jawab sebagai seorang suami, dalam mengatasi berbagai masalah serta
kesanggupannya untuk memenuhi kebutuhan hidup istri dan anak-anaknya kelak.
Pakaian Pengantin
Pakaian Pengantin Perempuan terdiri dari :
- Tuaki
- Kun
- Teratai Delima
- Alas Kaki
- Tata Rias
Kepala Pengantin
- Tusuk Bunga & Tusuk Kembang Kelape
- Sumping & Tusuk Paku
- Sanggul Buatun
- Kembang Goyang
- Burung Hong
- Kerabu
- Kalung
- Gelang
- Bunga Melati
- Melati Sisir
- Siangko
Yang dimaksud dengan pakaian sehari-hari ialah pakaian yang
biasa dipakai sehari-hari. Menurut tradisi, pakaian sehari-hari pria betawi
ialah baju koko atau sadariah, celana batik, kain pelekat dan peci atau kopiah.
Pakaian demikian dapat pula dikenakan pada pertemuan-pertemuan tidak resmi
antar keluarga atau kenalan. Jadi dapat disebutkan sebagai pakaian “setenga
resmi”. Didaerah pinggiran, bahkan pakaian demikian itu pula digunakan dalam
menghadiri pesta-pesta atau pertemuan resmi, pada jaman yang lalu. Pakaian
laki-laki, disebut Ujung Serong biasa dipakai oleh bapak-bapak. Setelah jas
tutup warna gelap, celana pantolan.
Dilengkapi kain batik dikenakan disekitar pinggang yang
ujungnya serong diatas lutut. Asesoris kuku macan dan jam saku rantai.
Tutup
kepala Liskol atau kopiah dan alas kaki sepatu pantovel. Model pakaian ini
dahulu dipakai para Demang ( pejabat daerah), sekarang dijadikan pakaian resmi
pejabat Pemda DKI Jakarta dalam acara tertentu. Pakaian wanita Betawi yang
biasa dikenakan sehari-hari dirumah berbentuk baju kurung berlengan pendek,
kadang-kadang bersaku dibagian depannya, kain batik sarung. ada yang
berkerudung, ada juga yang tidak, terutama orang pinggiran. Pakaian resmi hanya
terdapat dikalangan pertengahan ke atas di kota, ialah pakaian yang dewasa ini
dipakai sebagai pakaian resmi “Abang-abang Jakarta”. Terdiri dari tutup kepal
dari batik yang berbentuk khas, disebut “liskol”, jag tutup panjang sampai
beberapa sentimeter diatas lutut, pantovel, dilengkapi dengan selendang yang
dililitkan pada pinggang dan “piso raut”, semacam badik diselipkan dipinggang
kiri sebelah ke depan.
Pakaian wanitanya terdiri dari kebaya panjang bagian
depannya, berenda, yang sering disebut “baju encim”, kain batik corak
jelamprang Pekalongan, bersanggula yang bentuknya tidak begitu besar diatas
tengkuk.
Disamping tusuk konde, dihias pula dengan bunga warna putih, misalnya
cempaka putih atau melayi. Konde demikian dikenal dengan sebutan “konde cepol”
.
Warna selendang yang dikenakan dan sering kali bgerfungsi
sebagaikerudung pada jaman lalau tidak begitudiserasiakan dengan warna kebaya,
melainkan kontras atau mencolok. Kebaya yang biasa dikenakan oleh None Jakarta,
memang lebih terkenal dibanding dengan baju betawi yang lain. Biasanya dipakai
olehremaja-remaja Betawi dan kebayanya lebih panjang sedikit dibanding Kebaya
Nyak. Dengan lengan diberi mansel, enam atau lima buah yang mempunyai arti Rukun Iman dan Rukun Islam. Bahannya
tipis dan memakai kutang yang lazim disebut kutang Menek. Lebih bagus lagi bila
kutangnya dirancang (bordir berlubang-lubang) dengan warna kebaya yang cerah.
Kain batik motif mata tumbak atau disebut juga motif gigi belalang. Kebaya
Encim atau Kebaya Krancang, yang sering dipakai oleh orang-orang cina. Krancang
yang halus dan berlubang-lubang mempunyai warna tersendiri yaitu putih. Bentuk
Kebaya yang lancip ujungnya atau sonday.,
dikombinasi sanggul cepol dan
seperangkat perhiasan.
Untuk pakaian wanita kebaya Panjang Nyak (ibu), biasa di
pakai oleh ibu-ibu Betawi. Modelnya, panjang diatas lutut dan sedikit berbelah
didepan dengan punggiran (gir) dari sutera atau bahan tebal maupun tipis.
Dipercantik dengan selendang yang dapat berfungsi sebagai kerudung. Kebaya ini
juga diperlengkapi dengan kutang berkancing sampai kepinggul dan memakai ban
pinggang (pending) dari emas atau perak. kain sarung tidak memakai wiru seperti
pada umumnya pakaian daerah,. Ibu-ibi muda biasanya mengenakan sarung berwarna
cerah, sementara ibu-ibu berusia lanjut mengenakan kain yang berwarna agak
gelap. Pakaian tradisional Penganten Betawi adalah seperangkat busana dan
kelengkapannya yang dikenakan pada upacara perkawinan adat masyarakat Betawi.
Sejak awal perkembangan pakaian penganten Betawi sudah tentu mendapat pengaruh
unsur-unsur kebudayaan suku bangsa lain, seperti budaya Melayu, Cina, Arab
maupun Barat. Dewasa ini, pengaruh budaya tersebut diadaptasi sebagai wujud
yang harmonis menjadi ciri atau identitas pakaian Penganten Betawi yang
dipergunakan secara turun temurun oleh orang Betawi. Secara khusus pakaian
Penganten Betawi dipakai oleh penganten laki-laki dan perempuan adapun cara dan
dandannya sebagai berikut.
Pakaian pengantin laki-laki Betawi disebut dandanan care
Haji, modelnya diadaptasi dari pakaian Pak Haji, bentuknya Jubah dan tutup
kepala “sorban” yang disebut “Alpie”/ Sebagai hiasan, jubah luar agak longgar
dan besar, bagian tengah depan dari leher ke bawah terbuka. Motif hiasan flora
adn fauna “Burung Hong” dari benang emas, manik/mute, bahan kain Jubah beludru,
warna cerah, kunung, biru, hijau. Jubahdalam disebut “Gamis”, kain putih halus
model kurung panjang, trbuka dari leher sebatas uluhati. Ukurannya lebih
panjang dari pada Jubah luar sebatas mata kaki. Perlengkapan lain, selendang
dikenakan di Gamis berhias motif-motif dari benang emas, mute/manik bahan
beludru, warna cerah, Alas kaki sepatu model pantovel memakai kaus kaki.
Pakaian penganten perempuan Betawi, disebut Rias Besar Dandanan Care None
Pengantin Cine, Budaya warna Cina lebih jelas dari modelnya, nama-nama
kelengkapan dan motif-motif hiasannya. Bajunya model blus sianghai ciri khas
pada krah, Bahan saten atau lame, warnanya cerah sesuai dengan penganten
laki-lakinya. Baju bawah disebut Kun melebar cerah sesuai dengan penganten
laki-lakinya. Baju bawah disebut Kun melebar ke bawah, motif hiasan Bunga atau
Burung Hong dibuat dari tatanan mute/manik dan benang emas.
Warna rok/kun
biasanya gelap, merah hati atau hitam.
Ciri khas rias penganten perempuan Betawi pada hiasan bagian kepala
dan muka atau wajah. Hiasan kepala Kembang Goyang motif Burung Hong, diwajahnya
memakai Cadar dan sanggulnya buatan. Perhiasan lain, gelang listring, Kalung
Tebar, anting Kerabu, hiasan dada teratai manik-manik dan alas kaki selop kasut
model perahu. Hiasan bunga melati berupa Roje melati dan Sisir melati pelengkap
tata rias penganten Perempuan
Betawi.
Ngelamar
Rombongan pelamar terdiri dari :
Mak Comblang yang akan bertindak selaku juru bicara.
Dua pasang pria dan wanita setengah baya sebagai utusan yang
mewakili orang tua laki-laki.
Yaitu sepasang dari pihak ayah dan sepasang dari pihak ibu.
Sesuai dengan adat kebiasaan utusan tersebut membawa
kelengkapan ngelamar yang disebut bawaan ngelamar yang terdiri dari :
Pisang raja dua sisir dibawa di atas nampan yang dihiasi
dengan kertas warna-warni. Setiap ujungnya ditutup dengan cungkup kertas minyak
berwarna hijau, kuning atau merah
Roti tawar dibawa di atas nampan dihias dengan kertas
warna-warni.
Uang sembah lamaran, hadiah lainnya berupa baju atau bahan
pakaian wanita.
Setibanya di rumah kediaman keluarga si gadis mereka
langsung diterima oleh tuan rumah dan dipersilahkan duduk di ruang depan. Mak
Comblang memulai pembicaraan, mengenai maksud kedatangannya :
Mak Comblang : ‘“Assalamu Alaikum Warohmatullahi
Wabarokatuh’”
Hadirin : “Waalaikum Salam Warohmatullahi Wabarakatuh”
Mak Comblang : “Saya niih sekarang nerusin pembicaraan nyang
lalu ketike kite udeh paketan nyang saye udeh boleh ngelamar kemarin”
Wakil keluarga tuan rumah biasanya akan membenarkan dengan
mengatakan : “Saye…….”
Jawaban tersebut biasanya diikuti dengan anggukan seluruh
keluarga tuan rumah.
Setelah melihat tanda persetujuan tersebut baik dari pihak
tuan rumah maupun pihak keluarga si pemuda yang menyertainya maka dengan nada
gembira Mak Comblang meneruskan berkata : “Jadi…….sekarang Mpok dan Abang wakil
tuan rume, seperti nyang kite liat‘ ni, ade bawa’an Sirih Embun komplet ame
perangkatnye. Tapi sebelum diterima bawa’an ini, mohon maaf sebesar-besarnya
kalau disini saya mau nanya dikit “Wakil keluarga tuan rumah: Nanya apa Mpok?”
Mak Comblang : “Kite udeh nyampe…..tapi, mane die si none
calon mantu kite? Yah….orang kate, Ncang dan Ncingnye ikut saye kesini pengen
belajar kenal ame None Mantunye. Boleh kan?”
Sebagai dari pertanyaan ini adalah keharuasan menghadirkan
None Calon Mantu kehadapan para utusan. Kepada para utusan tersebut si gadis
harus melakukan sembah takzim dan cium tangan. Setelah itu diserahkan uang
sembeh lamaran yang khusus diberikan kepada si gadis calon menantu tersebut.
Setelah acara ngelamar selesai maka dilanjutkan dengan
pembicaraan mengenai serah uang dan Bawa Tande Putus. Acara Bawa Tande Putus
adalah merupakan unsur yang menentukan dalam rangkaian adat perkawinan Betawi.
Karena sebelum bawa tande putus disepakati mungkin saja maksud tersebut menemui
kegagalan. Sebab meskipun acara ngelamar telah dilaksanakan bukan berarti si
pemuda telah berhasil mengalahkan pemuda lain yang merupakan saingannya.
Apabila waktu serah uang
dan bawa tande putus telah disepakati maka persiapannya akan dibicarakan secara
lebih rinci seperti :
Apa dan berapa banyaknya tande putus.
Berapa biaya yang diperlukan untuk keperluan pesta.
Berapa lama atau berapa hari pesta itu akan diselenggarakan.
Berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang akan
dikenakan pengantin perempuan.
Siapa dan berapa banyak undangan.
Seperti diketahui bahwa dikalangan masyarakat Betawi semua
hari itu sama baiknya. Tidak ada hitungan atau ramalan mengenai hari baik atau
jelek.
Tapi pada umumnya peristiwa ngelamar sering dilakukan atau
dilaksanakan pada hari Rabu. Maka biasanya acara serah uang dan bawa Tande
Putus akan dilaksanakn pada hari Rabu berikutnya atau seminggu kemudian.
Mas kawin
Di dalam pembicaraan pada waktu ngelamar ditanyakan pula
bentuk mas kawin yang dikehendaki oleh None Mantu dan apabila dijawab dengan
kata-kata si None Kite minta mate bandeng seperangkat itu adalah kata kiasan
yang berarti bahwa si calon menantu menghendaki mas kawin berupa perhiasan
berlian seperangkat. Begitu pula halnya dengan mas kawin berupa mate kembung
seperangkat berarti mas kawin yang diminta adalah perhiasan bermata intan asli
seperangkat.
Biasanya baik Mak Comblang maupun utusan keluarga calon Tuan
Mantu akan memahami kata-kata bersayap ini.
Berdasarkan pembicaraan tentang mas kawin ini pihak Tuan
Mantu harus bisa memperkirakan berapa jumlah Tande Putus yang harus merka bawa
pada waktu ketemu Rebo nanti.
Aqad Nikah
Pada waktu penyerahan tande putus dibicarakan pula mengenai
benda-benda serahan yang akan dibawa pada waktu Aqad Nikah. Benda atau
barang-barang itu antara lain terdiri dari :
Sirih Nanas Lamaran beserta Sirih Nanas Hiasan
Kekudang yaitu makanan yang disukai oleh calon pengantin
permpuan sejak masa kanak-kanak
Mahar atau Mas Kawin
Miniatur Mesjid yang berisi sejumlah uang belanja
Sepasang Roti Buaya
Shie berupa kotak kayu segi empat dengan ukiran gaya Cina
berisi sayuran
Satu perangkat idam-idaman yaitu bermacam-macam buah-buahan
yang ditempatkan dalam wadah berbentuk perahu
Hadiah-hadiah lainnya berupa seperangkat pakaian, selop dan
alat-alat kecantikan
Kue Penganten
Aqad Nikah diselenggarakan pada hari Jum’at setelah shalat
Jum’at ditempat kediaman keluarga calon pengantin perempuan.
Rombongan Pengantin laki-laki atau rombongan Rudat Calon
Tuan Mantu terdiri dari :
Dua orang pemuda sebagai pngawal terdepan. Kedua orang
pemuda tersebut membawa tongkat yang pada bagian atasnya dihias dengan serumpun
kembang kelape dari bahan kertas warna-warni. Pakaian yang dipakai mereka yaitu
pakaian pangsi atau pakaian pesilat.
Empat orang pemuda memakai pakaian sadarie yang membawa :
Sirih Nanas Lamaran, Mas Kawin, Kue Susun Pengantin dan Sirih NanasHiasan.
Dua orang laki-laki setengah baya memakai Jas Tutup yang
bertugas sebagai juru bicara
Calon Pengantin laki-laki atau Calon Tuan Mantu memakai Kain
Serebet yaitu Jas Model Belande, kemeja putih tanpa dasi dan kain sarung
sebagai pengganti pentalon. Memakai pici hitam dan sepatu pantovel hitam. Dia
berjalan diapit oleh dua orang laki-laki setengah baya yang mengenakan Jas
Tutup
Enam orang penabuh Rebana memakai pakaian Sadarie.
Serombongan alim-ulama bersama keluarga yang mewakili kedua
orang tua pengantin laki-laki.
Kelompok pembawa hadiah-hadiah yang membawa sepasang Roti
Buaya, Miniatur Mesjid berisi sejumlah uang, nampan-nampan berisi perangkat
pakaian wanita yang dibentuk seperti burung, angsa dan sebagainya. Shie yang
berisi sayuran dan telor asin matang serta perahu-perahuan yang berisi
idam-idaman berupa buah-buahan. Para pembawa hadiah tersebut terdiri dari para
pemuda teman pengantin laki-laki dan sanak keluarga serta sahabat dekatnya.
Acara Membuka Palang Pintu
Pada saat calon pengantin laki-laki dan para pengiringnya
sudah mendekati tempat kediaman calon pengantin perempuan mereka disambut
dengan bunyi petasan serenceng.
Begitu sampai di halaman rumah mereka ditahan dulu oleh
beberapa orang pihak tuan rumah yang menutup pintu masuk. Dalam keadaan ini
Rudat Tuan Mantu wajib melaksanakan apa yang diistilahkan membuka Palang Pintu,
diawali dengan mengucapkan Assalamu’Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh oleh
wakil rombongan.
Sesuai dengan adat kebiasaan maka salam pertama tidak boleh
dijawab, begitu pula salam yang kedua baru pada salam yang ketiga dijawab
dengan : Waalaikum salam Warohmatullahi Wabarokatuh.
Siape ye…..yang di luar itu?
Kemudian akan terjadi dialog berpantun yang lucu akan tetapi
mengandung kesungguhan. Dialog itu berisi antara lain bahwa rombongan Tuan
Rumah jangan berkura-kura dalam perahu, bahwa rombongan yang datang adalah
rudat si Tuan Mantu atau Raja Mude.
Juru bicara yang mewakili rombongan tuan rumah akan menjawab
kalu mereka bukan berpura-pura tidak tahu.
Kemudian si juru bicara berkata : Namun yang ade mungkin
rase hawatir, kalau rudat si Tuan Mantu ini salah alamat. Hingga tak ada
salahnye jika kite bertanye siape namanya si Tuan Mantu kirenya?
Wah…..? : Baik…baik…: Andaikan itu dikate perlu… Raje Mude
nyang ude kebelet ini namenye…(disebut namanya).
Bener die?… Jikalau begitu tidak salah lagi, kesini sudah
tujuannya nyang pasti.
Nah…Nah : Benerkan?: Ude de. Izinin kite masuk, Tuan Mantu
ude mulai gerah. Tuan penghulu kelihatannya di dalam situ juga mulai begah?
Ntar dulu Tuan juru bicare. Soal nikah mah urusannye cuman
soal dua tiga hitungan ya, tuan. Tetapi sebelum tuan putri jadi None Mantu, Die
kate tadi nitip syarat, biar saye nyampein agar Sang Raja Mude sudilah kiranye
ngajiin Al Quran satu dua ayat.
Jika dalam permintaan ngaji ini yang diminta si calon
penganten laki-laki maka ia yang harus
melaksanakan dan tidak boleh diwakilkan kepada siapapun. Jika yang disebut
orang lain biasanya pasangan sang juru bicara atau juru bicara seorang lagi
yang akan melaksanakn tugas itu. Setelah satu atau dua ayat diucapkan dengan
berlagu maka juru bicara pihak pengantin laki-laki akan memujinya dan segera
meminta untuk masuk karena syara telah dipenuhi.
Akan tetapi juru bicara yang mewakili tuan rumah segera
berkata :
Eeee : Sabar dulu tuan juru bicara : Tuan Mantu nampaknye
tiade tandingannye. Tetapi untuk masuk masih ade syaratnye yang lain, tuan. Wah
: Bener-bener’ni ente….Eh, Tuan : Ente dan ane same-same cuman juru bicare.
Bang!! Tuan Mantu udeh bener orangnye! kagak ketukar kagak salah alamat.
Ngajinye juga ude menuhi syarat. Eh, tuan juru bicare, jangan bikin ulah sampai
kesabaran saye jadi ilang acare ini bisa urung……!
Eee! urung itu bukan tujuan. Lagi pula, Tuan Mantu memang
ude sejak tadi dinantikan. Sayangnya…. Enyak dan Babe si None yang saye
wakilin, minte ditarikin lagu Sike seperti ketike die berdua dinikahin!
Dari tadi kek dibilangin. Kalau kagak iter-iter omongan tuan
Juru Bicare, sobat saya pasti ude nyanyi’in
‘ ntuh lagu Sike. Ayo Bang….tolong tarikin ‘ntuh lagu Sike-nye, biar urusan cepet
rapinya.
Setelah lagu Sike selesai dinyanyikan maka juru bicara Tuan
Mantu dengan nada kesal yang dibuat-buat berkata lagi:Syaratnye udah dipenuhi,
hendaknye jangan cari alasan dan syarat lagi, Jangan sampe segala Ngkong, Ncang
dan Ncing-nye juga minte macem-macem.
Namun tentu semuanya ini hanya basa-basi. Sebab segera
setelah juru bicara Tuan Mantu ngedumel
amak juru None Mantu akan berkilah sedikit kemudian mempersilahkan
rombongan Rudat Tuan Mantu masuk ke rumah.
Acara membuka palang pintu selesai dan calon pengantin
laki-laki duduk di tempat yang telah disediakan, disaksikan oleh ayah serta
kerabat laki-laki, para ulama dan undangan khusus lainnya.
Sesuai dengan ajaran agama Islam acara Aqad Nikah
dilaksanakan sebagai berikut :
Beberapa pertanyaan diajukan kepada calon pengantin
laki-laki antara lain mengenai nama, umur dan kesediaannya untuk dinikahkan
kepada gadis pilihannya.
Ketika penghulu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
calon pengantin laki-laki si calon penganti perempuan tetap tinggal didalam
kamar bersama Dukun Pengantin. Pak penghulu akan menghampri apabila ada
pertanyaan yang akan diajukan kepadanya. Setelah selesai Ijab Qabul dimana
Penghulu telah mengakhiri khotbah nikah dan nasihat-nasihatnya, pengantin
laki-laki langsung menemui orang tua serta kerabatnya untuk sujud dan cium
tangan.
Pada waktu hendak melakukan cium tangan kepada mertua
laki-laki sang mertua mengelakkan tangannya dengan gerakan silat, dalam hal ini
sang menantu memahami bahwa ia sedang diuji. Ia pun mengimbangi gerakan
tersebut dan menangkap tangan sang mertua. Adegan tersebut adalah bentuk
ungkapan yang mengandung arti pengujian terhadap kemampuan si menantu dalam hal
melindungi isterinya.
Setelah acara Aqad Nikah selesai rombongan pengantin
laki-laki pamit dan kembali ke rumah orang tuanya. Sebelum pulang ia dibekali
bermacam-macam makanan matang seperti; Ayam bekakak, pesmol ikan, semu daging,
gulai buncis serundeng ikan cincuan dan kue talam udang, pepe, bugis, ande
pite, leken.
Keesokan harinya setelah acara Aqad Nikah yaitu hari sabtu
setelah menjelang Dzuhur pengantin perempuan didandani untuk menerima tamu
undangan. Tamu-tamu yang datang khususnya adalah ibu-ibu kerabat atau teman
dekatnya.
Setelah shalat Dzuhur sampai Ashar tamu-tamu yang datang
adalah para bapak-bapak seperti teman kerja, tetangga atau kerabat ayahnya.
Sewaktu menerima tamu undangan tersebut pengantin perempuan
berganti-ganti pakaian, antara lain :
- Pakaian Penganten Care Serimpi
- Pakaian Penganten Care Nyi Roro Kidul
- Pakaian Penganten Care Puteri Duyung
- Pakaian Penganten Care Seribu Satu Malam
- Pakaian Penganten Care Delilah
- Pakaian Penganten Care Belande
Adapun sedikit banyaknya pakaian penganten yang dikenakan
tergantung kepada kemampuan atau biaya yang tersedia.
Pakaian Pengantin laki-laki disebut Pakaian Pengantin
Dandanan Care Haji dinamakan demikian karna pakaian tersebut diadaptasi dari
pakaian Haji atau pakaian muslim.
Sesuai dengan fungsinya sebagai pakaian kebesaran pengantin,
pakaian ini dihias dengan benang emas dan manik-manik yang gemerlapan. Ragam
hias tersebut disulam pada bagian depan jubah memanjang pada bagian pinggir
dari dasar jubah sampai kebatas pundak.Pakaian Pengantin Laki-Laki
Piare Calon Penganten
Calon pengantin dirawat atau dipiare selama seminggu
seminggu atau sepuluh hari, dilakukan oleh seorang wanita yang khusus menangani
hal tersebut. Selama dirawat calon pengantin tersebut minum jamu pengantin dan
air secang, memakai lulur serat menjalani beberapa pantangan.
Misalnya tidak boleh bercermin, tidak boleh mandi, tidak
boleh menukar pakaian, makan gorengan, dan sebagainya, semua ini dimaksudkan
agar calon pengantin tersebut menjadi singset atau langsing sehingga kelihatan
lebih cantik, bercahaya wajahnya/kulitnya pada waktu dirias, selama itu juga dimaksud agar calon pengantin tidak
banyak mengeluarkan keringat.
Pada masa itu ada kebiasaan bahwa calon pengantin sebelum
siraman, giginya dipapat (diratakan), hal ini sekarang sudah tidak dijalankan
lagi. Papat dimaksudkan untuk mempercantik calon pengantin tersebut.
Sehari sebelum hari pernikahan atau pagi harinya, biasanya
akad nikah dilaksanakan pada hari Jum’at, setelah ashar calon pengantin
dimandikan oleh tukang piare pengantin/perawat pengantin.
Sebelum upacara mandi, calon pengantin meminta izin orang
tuanya dengan menemuinya dan mencium tangannya,
pengantin memakai kemben serta
kebaya tipis, rambut disanggul biasa dan mengenakan kerudung tipis.
Yang memandikan hanya tukang piare pengantin (kecuali ada
permintaan lain dari pihak keluarga, misalnya disertakan juga beberapa orang
tua). yang lain hanya menyaksikan saja.
Perlengkapannya adalah :
Kembang 7 rupa (setaman)
Paso tanah
Gayung batok
Pedupan dengan setanggi/gahru yang diletakkan di bawah
bangku tempat penganti duduk
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh
keluarga pengantin pakaian bekas mandi diberikan kepada tukang Piare Pengantin
sebagai hadiah.
Setelah upacara mandi, pengantin menjalani upacara tangas
atau kum (semacam mandi uap) untuk membersihkan bekas-bekas lulur dari
pori-pori dan membuat kulit pengantin menjadi wangi serta tidak mengeluarkan
keringat pada waktu rias.
Peralatannya adalah :
Kembang 7 rupa (kembang setaman)serta ramuan lainnya seperti
: Daun jeruk purut, daun pandan, akar wangi, daun mangkok dll
Paso tanah
Kursi rotan bolong-bolong
Tikar atau kain penutup
Kembang 7 rupa (kembang setaman)dan ramuan-ramuan dimasak,
lalu dituang kedalam paso. Pengantin duduk dikursi rotan bolong-bolong, yang
dibawahnya diletakkan paso yang berisi air panas, kembang, ramuan-ramuan
lainnya. sehingga uapnya naik ke atas. Seluruh badan pengantin dikerudungi
dengan kain atau dikelilingi tikar dan atasnya ditutup dengan kain.
Hal ini dimaksudkan agar uap tidak keluar, tetapi meresap ke
pori-pori dan membersihkan sisa-sisa lulur tersebut.
Setelah ditangas pengantin dikeringkan dan mengenakan kebaya
Betawi, selanjutnya diserahkan kepada tukang rias pengantin untuk menjalani upacara cukuran. Upacara
cukuran berlangsung didalam kamar pengantin.
Peralatannya :
Kain putih kurang lebih 2 meter untuk alas
Kembang 7 rupa (kembang setaman)
Air putih dicawan dengan sekuntum bunga mawar atau lainnya
untuk tempat gunting
Pedupaan
Alat cukur
Uang logam ratusan untuk batas centung (satu kali lipatan)
dan untuk batasan mencukur anak rambut
Tempat sirih komplit
Yang dibersihkan adalah : bulu-bulu kalong pada
kening,pelipis dagu, tengkuk
Setelah upacara cukuran selesai, malam harinya pengantin
menjalani upacara malam pacar.
Lepas sembahyang magrib keluarga dan para handai taulan
serta teman-teman pengantin berkumpul dan bersiap-siap untuk memulai acara ini.
Dengan mengenakan baju none yang cerah atau kebaya kerancang
Betawi, dengan perhiasan Betawi seperti : peniti rante, pending, anting-anting
atau giwang.
Pengantin keluar dari kamar dibimbing orang tua perempuan
dan perias pengantin menuju
tempat yang telah disediakan.
Di atas permadani yang terhampar, ada bantal yang dialasi
oleh daun pisang yang digubah.
Setelah siap, pemakaian pacar dimulai yaitu pada kuku-kuku
tangan, kaki dan telapak tangan.
Yang membubuhkan pacar adalah anak-anak gadis atau
kawan-kawan pengantin serta kerabat. Untuk keperluan ini digunakan daun pacar
yang didapat dari mekah.
Pada malam ini biasanya diadakan pula malam mauludan atau
selamatan.
Pulang Tige Ari dan Laksa Penganten
Untuk keperluan acara pulang tiga hari tersebut utusan yang
bertindak sebagai wakil keluarga pengantin laki-laki akan datang menjemput
pengantin perempuan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Keberangkatan
pengantin perempuan diantar oleh beberapa orang yang mewakili orang tuanya.
Sebelum berangkat ke rumah mertuanya ia diberi wejangan
bagaimana seharusnya ia berperilaku di rumah suaminya itu nanti. Misalnya ia
harus bangun lebeih pagi dari pada mereka yang berada di rumah mertuanya, dan
seterusnya.
Disamping wejangan-wejangan tersebut yang khusus dan penting
adalah : Apabila malam setelah pesta di dalam kamarnya ia menemukan sepotong
kain putih, dan seperangkat tempat sirih berisi daun sirih dan kelengkapannya,
maka ia harus mau diajak kumpul bersama suaminya.
Menurut adat bahwa setelah malamnya merka kumpul sebagai
suami istri, keesokan harinya atau pagi-pagi sekali si suami akan meletakkan
perangkat sirih tersebut didepan pintu kamar pengantin.
Apabila tempat sirih itu terletak rebeh itu adalah isyarat
si suami bahwa pengantin perempuan masih suci.
Dalam hal demikian orang tuan pengantin laki-laki memahami
makna artinya dan mengucapkan syukur. Begitu pula halnya orang tua mempelai
perempuan sangat gembira diberi tahu bahwa anaknya menikah dengan keadaan suci.
Bagi orang tua pengantin perempuan kesucian sebelum nikah dinilai sangat tinggi
karena hal itu berkaitan dengan martabat dan harga diri anak perempuannya,
orang tua serta selurih keluarganya
Maka sebagai ungkapan rasa syukur, Orang tua pengantin
laki-laki akan menyiapkan bahan-bahan lakse yang kemudian dikirimkan untuk
dimasak oleh keluarga pengantin perempuan.
Setelah memasak lakse selesai, maka acara lakse pengantin
diadakan dengan meriah dikediaman oarang tua pengantin laki-laki dan dihadiri
oleh kedua belah pihak keluarga pengantin.
Acare Kebesaran
Acare Kebesaran adalah merupakan puncak pesta perkawinan di
mana pada saat ini kedua mempelai bersanding di puade. Upacara berlangsung pada
hari minggu dimulai sekitar jam sepuluh pagi. Kedatangan penganten laki-laki
kali ini tidak dirudat atau di arak lagi melainkan hanya diantar oleh
teman-temannya dan beberapa pasang wakil pihak keluarganya.Acare Kebesaran2
Sementara itu pengantin perempuan sejak pagi-pagi didandani
dengan Dandanan Care None Penganten Cine atau Rias Besar. Sambil dirias
ia diberi pesan agar sewaktu duduk bersanding tidak berbicara dengan suaminya,
meskipun si Tuan Mantu telah resmi menjadi suaminya sejak hari jum’at (Aqad
Nikah). Karena hal tersebut dilarang oleh aturan adat.
Pengantin perempuan atau none Pengantin seluruh bagian
kepalanya ditutup dengan kerudung pengantin yang dibuat dari kain tule halus.
Ia dituntun oleh Tukang Piare Penganten menuju taman pengantin dan duduk di
puade menanti kedatangan pengantin laki-laki.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa kedatangan
pengantin laki-laki tidak dirudat atau di arak lagi begitu pula halnya pihak
pengantin perempuan tidak mengadakan acara penyambutan khusus. maka segera
setelah pengantin laki-laki datang ia diturunkan oleh Tukang Piare Pengantin
untuk dipertemukan dengan istrinya. Setelah berdekatan pengantin perempuan yang
duduk di puade diajak berdiri oleh Tukang Piare Pengantin untuk menyambut
suaminya. Si pengantin laki-laki memberi salam sambil menyembah menyerahkan
sirih dare dan dibalas oleh pengantin perempuan sambil menerima sirih dare
tersebut yang kemudian diserahkannya kepada Tukang Piare
pengantin. Pada saat ini kerudung pengantin perempuan telah
dilepaskan dan Tukang Piare Pengantin membimbingnya untuk mencium tangan
pengantin laki-laki.
Setelah selesai serah terima sirih dare kedua mempelai duduk
dikursi penganti atau puade masing-masing mengenakan pakaian dandanan Care None
Pengantin Cine dan Penganten Dandanan Care Haji. Pesta kebesaran ini
berlangsungseharian dan dilanjutkan pada malam harinya dengan acara hiburan
atau kesenian.
Penganten Sundel Mayang
Sebagaimana telah diketahui bahwa pesta pengantin
dilaksanakan baik ditempat pengantin perempuan maupun dikediaman pengantin
laki-laki. Apabila pelaksanaan acara pesta kebesaran waktu atau harinya
bersaman maka si pengantin perempuan akan dipinjam beberapa jam lamanya untuk
disandingkan dengan pengantin laki-laki pada pesta yang berlangsung dirumah
kediamannya. Setelah acara tersebut yang biasanya berlangsung kurang lebih dua
jam, si pengantin perempuan akan dikembalikan lagi ketempat bpesta ditempat
orang tuanya, dengan diantar oleh pihak keluarga laki-laki.
Acare KebesaranAcara pinjam pengantin perempuan ini disebut
Penganten Sundel Mayang yang digambarkan sebagai berikut : Dari saat pengantin
perempuan dibawa dari pelaminan atau taman pengantin ketempat tujuan yaitu
ketempat pesta keluarga pengantin laki-laki, si pengantin perempuan dilarang
menginjak tanah. hal ini sebagai ungkapan bahwa si pengantin perempuan telah
ditangas, dirinya dalam keadaan suci bersih.
Untuk keperluan dan untuk memenuhi syarat tersebut si
pengantin perempuan akan didudukkan di atas sebuah kursi kemudian di gotong
ketempat tujuan. Sementara pengantin perempuan di gotong diatas kursi pengantin
laki-laki berjalan kaki mendampinginya.
Seandainya perjalanan itu lebih jauh maka acara gotong
pengantin prempuan tersebut cukup sampai kekendaraan yang telah disiapkan untuk
kemudian membawanya ke tempat tujuannya.
x
Malem Negor
Malam berikutnya setelah selesai acara kebesaran di rumah
pengantin perempuan si pengantin laki-laki diizinkan menginap di rumah keluarga
pengantin perempuan. Selama tinggal serumah secara adat mereka belum boleh
kumpul sebagaimana layaknya suami istri, bahkan si pengantin perempuan harus
tetap bertahan untuk tidak bertegur sapa dengan suaminya.
Akan tetapi meskipun demikian di dalam kamar telah
disediakan keperluan si suami seperti makan,minuman dan sebagainya. Untuk
mengajak atau usaha agar si istri mau diajak bicara atau tersenyum si suami
akan memberikan sejumlah uang, disebut uang tegor yang akan diberikan dengan
cara meletakkan uang tersebut di bawah taplak meja di dalam kamar pengantin.
Malam negor ini kadang-kadang berlangsung sampai beberapa
hari, demikian pula pemberian uang tegor akan dilakukan sampai berulang kali
sampai akhirnya si istri mau di ajak bicara. Bertahannya si istri pada malam
tegor itu dapat ditafsirkan sebagai ungkapan harga dirinya bahwa ia bukan
perempuan gampangan, selain itu pada malam tegor mereka bisa saling mengenal
secara lebih mendalam.
sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta